ABB pemimpin global untuk solusi digital dan otomasi, berkomitmen untuk mendukung perusahaan-perusahaan di Indonesia dan seluruh Asia Tenggara dalam membangun bisnis yang tahan terhadap resesi melalui solusi otomasi yang berkelanjutan. Seiring dengan momentum pulihnya perekonomian pasca-pandemi, ABB dengan bangga menunjuk Pierre Leretz sebagai Manajer Lini Bisnis Lokal Asia Tenggara. Dengan pengalaman yang dimilikinya, Leretz diharapkan dapat memberikan wawasan dan pemahaman mendalam mengenai signifikansi dari membangun bisnis yang mampu bertahan dalam menghadapi tantangan resesi melalui penerapan otomasi yang berkelanjutan.
Otomasi berkelanjutan, kunci tumbuhnya perusahaan yang tahan resesi Menurut sebuah studi, Industry 4.0 di Asia diperkirakan akan mencapai CAGR 21,6 persen dari tahun 2018 hingga 2028. Perusahaan di wilayah tersebut kini sedang mengimplementasikan Industry 4.0 atau mengotomatisasi proses industri dengan menggunakan teknologi terkini yang terhubung satu sama lain, seperti Internet of Things (IoT). Contohnya, pemerintah Indonesia telah membentuk inisiatif Making Indonesia 4.0 sebagai rencana terpadu untuk menerapkan langkah strategis di Indonesia. Sementara di Malaysia, pemerintah juga telah mengembangkan serangkaian inisiatif di bawah Industry4WRD untuk mendorong perusahaan di Malaysia dalam mengadopsi teknologi 4.0. Selain itu, pemerintah Singapura juga telah mempromosikan Industry 4.0, seperti transfer kepemilikan yang mudah, pembebasan pajak, dan lainnya. Meskipun pemerintah di Asia Tenggara sangat mendukung Industry 4.0 yang kian berkembang, masih ada kekhawatiran terhadap beberapa industri yang beresiko terkena dampak penurunan ekonomi secara global. Industri yang kemungkinan terkena dampak meliputi Makanan dan Minuman, Kimia, Pertambangan, Logam, dan Semen.
Sebagai bagian dari rencana tiga tahun yang akan berakhir pada 2025, ABB telah mengarahkan perhatiannya pada pengembangan operasional di wilayah Asia Tenggara. Hal ini bertujuan untuk memberikan pelayanan yang lebih unggul kepada pelanggan. "Kami memiliki tanggung jawab kepada pelanggan untuk menyediakan sumber daya yang diperlukan guna mendukung mereka dalam menjalankan proyek serta memberikan layanan dan pemeliharaan yang konsisten. Sejalan dengan pertumbuhan Installed Base ABB, komitmen kami juga terletak pada pengembangan tim regional kami untuk memberikan layanan yang terbaik,” kata Leretz. Salah satu prioritas utama ABB adalah pengembangan layanan infrastruktur yang terpusat. Dengan mengintegrasikan semua sumber daya teknis regional menjadi satu entitas dan mendistribusikannya secara regional, ABB akan memberikan waktu respons yang lebih cepat dan ketersediaan sumber daya yang lebih baik. Leretz menjelaskan: "Para service engineers ini akan dikelola secara terpusat namun didistribusikan secara regional. Hal ini akan membuat waktu respons dan ketersediaan sumber daya lebih mudah diakses oleh pelanggan kami." Leretz menekankan bahwa perusahaan di Asia Tenggara menghadapi dua tantangan utama, yaitu tanggung jawab terhadap isu lingkungan dan peningkatan produktivitas. Dia menjelaskan, “Kami mengamati dua tantangan signifikan, pertama adalah tanggung jawab mereka terhadap isu lingkungan dan efisiensi energi, sementara yang kedua adalah peningkatan produktivitas guna mengatasi kesenjangan di pasar global.”
Dalam upaya mengatasi tantangan tersebut, ABB menjalin kerja sama dengan berbagai perusahaan untuk mengembangkan roadmap pengurangan emisi gas rumah kaca (GHG) dan efisiensi energi, serta menyediakan solusi otomasi yang canggih untuk meningkatkan kapabilitas produksi. Leretz membagikan peran perusahaan dalam proses ini, "Pada setiap langkahnya, ABB hadir untuk bekerja sama dengan pelanggan untuk mencapai tujuan bisnis mereka. Efisiensi energi adalah topik yang saya diskusikan setiap hari dengan para stakeholders ABB."
Menurut Leretz, otomasi menjadi kunci dalam memberdayakan industri di Asia Tenggara guna mengembangkan bisnis yang kokoh dalam menghadapi resesi. "Kami menganut prinsip yang Efisien, Aman, dan Berkelanjutan bersama para pelanggan kami. Pendekatan ini membantu pelanggan kami menjaga efisinsi finansial saat menghadapi penurunan ekonomi secara global, memberikan keamanan dengan mengurangi kesalahan manusia sebanyak mungkin, dan menjaga kebersihan lingkungan melalui penyempurnaan proses yang membantu menghindari pemborosan dan melindungi planet," jelas Leretz.
Solusi digital yang canggih dari ABB menggunakan kecerdasan buatan (AI) yang dapat memberikan informasi teknis pabrik kepada Perusahaan, memungkinkan pengambilan keputusan yang didasarkan pada data. Leretz menekankan pentingnya solusi ini, "Solusi digital yang canggih dari ABB membantu mengurangi biaya operasional (OPEX) perusahaan dengan memungkinkan mereka untuk melakukan pekerjaan yang sama dengan sumber daya yang lebih sedikit." Leretz menyoroti pentingnya kerjasama dengan perusahaan dari berbagai industri, seperti pulp dan kertas, pertambangan, logam, pusat data, serta makanan dan Minuman, guna mendukung mereka dalam memenuhi komitmen terhadap lingkungan, efisiensi energi, dan produktivitas. "Para Engineers di ABB memiliki nilai tambah karena memahami proses di pabrik pelanggan kami. Banyak di antaranya bahkan memiliki pengalaman kerja bertahun-tahun di pabrik pelanggan kami sebelum bergabung dengan ABB.”
Membina industri yang tangguh melalui otomasi berkelanjutan di seluruh Asia Tenggara Dengan riwayat kerja yang panjang bersama ABB sejak tahun 1999 dan keyakinan yang kuat terhadap rasa hormat, kerjasama, kerja keras, dan disiplin, Leretz dengan antusias mengemban peran barunya untuk berkontribusi pada pertumbuhan perusahaan di pasar Asia Tenggara. Saat ditanya mengenai motivasinya untuk mengambil posisi baru ini, Leretz menjelaskan, "Salah satu hal utama yang menjadi daya tarik bagi saya adalah filosofi yang dijunjung tinggi oleh budaya Asia Tenggara. Nilai-nilai seperti rasa hormat, kerjasama, kerja keras, dan disiplin, sangatlah penting dalam hidup saya. Saya menemukan bahwa semua nilai-nilai tersebut tercermin dalam budaya Asia Tenggara."
Tekad Leretz untuk mempelajari dan menjelajahi wilayah dan industri baru juga menjadi pendorong di balik keputusannya untuk menjadi Manajer Lini Bisnis Lokal Asia Tenggara. Ia menjelaskan, "Pengetahuan saya tentang wilayah ini awalnya terbatas dan kini saya ingin memperdalam pemahaman secara rinci. Sebelumnya tanggung jawab saya berfokus pada proses otomasi, tetapi tidak sedetail sekarang sebagai spesialis berdasarkan lini bisnis." Leretz secara konsisten memiliki keinginan untuk belajar dan menghadapi tantangan-tantangan baru. "Sebagai wujud rasa keingintahuan dan kebutuhan untuk terus belajar, saya kembali ke sekolah pada usia 57 tahun untuk mendapatkan gelar Master of Science dalam Inovasi di HEC Prancis."
Selama menjabat dan bekerja di ABB, Leretz telah menyaksikan secara langsung bagaimana perusahaan ini terus berkembang dan beradaptasi dengan perubahan di pasar. Saat merenungkan pencapaiannya, ia menyatakan, "Salah satu pencapaian yang sangat membanggakan bagi saya adalah kemampuan saya dalam membantu para karyawan untuk tumbuh di posisi yang tepat dan meraih kesuksesan. Bagi saya, memiliki peran yang penting dalam dalam mendukung karyawan menuju masa depan yang cerah memiliki makna yang besar. Hal ini juga mencerminkan komitmen saya terhadap perkembangan setiap individu di dalam organisasi."
Dengan konsistensi untuk memperkuat kehadirannya di Asia Tenggara, ABB tetap menjunjung komitmen untuk menyediakan solusi otomasi canggih yang berkontribusi pada ketangguhan bisnis, ramah lingkungan, dan efisiensi. Dengan membina hubungan yang solid dengan pelanggannya dan memahami kebutuhan unik mereka, ABB berada pada posisi yang kuat untuk membantu industri di wilayah ini dalam mengatasi tantangan dan terus berkembang di pasar global yang selalu berubah.